Senin, 21 Desember 2009

Antara ‘Right Issue’ dan ‘Warran’

      Keduanya merupakan aksi sebuah perusahaan untuk memperoleh dana tambahan melalui penerbitan sejumlah saham yang baru.
      Right Issue umumnya diberikan kepada para pemegang saham yang sudah memiliki saham perusahaan itu dalam jumlah tertentu. Dan pemberian hak/right ini adalah gratis hanya membayar nilai tebus saham barunya saja.

      Warran dapat dimiliki tanpa harus memiliki sejumlah saham induk-nya. Dan biasanya tidak gratis, atau kita beli warran dan kemudian kita bayar nilai tebus-nya pula.
     Seringkali, karena sesuatu hal pemilik Right Issue menjual Right jatahnya ke pasar. Dan bila dibeli oleh seseorang maka keadaan Right ini sama/mirip dengan Warran pada si pembeli tadi.
     Rumus umumnya :  Nilai Tebus + Nilai Warran = Nilai saham Induk.
    Disini, tanggal tebus merupakan hal yang sangat penting …. !
    Karakter pasar, umumnya nilai warran + nilai tebus akan mendekati nilai saham induk saaat tanggal tebus-nya.
----------------------------------------------------------------------------------    Pertanyaannya : Apakah kita perlu menebus Right Issue …?
    Jawabnya, tergantung type kita sebagai Trader atau Investor.
   Bila Trader, umumnya penerbitan Right Issue berdampak kurang baik untuk saham tersebut. Sebab pasar seringkali ber-asumsi bahwa Right Issue merupakan aksi perusahaan dalam memperoleh dana untuk kegiatan rutin usahanya bukan untuk pengembangan usaha. Sehingga nilai saham induk cendrung untuk turun, seperti pada BLTA dan OKAS.
   Tapi bila kita adalah type Investor maka Right Issue merupakan salah satu cara untuk menambahkan koleksi saham kita dalam harga yang relatif lebih murah.  Tentunya faktor fundamental perusahaan lebih dominan disini.
    Untuk DEWA dan ENRG, bila ada dana lebih dan kita adalah type Investor maka saya cendrung ENRG yang lebih menjanjikan. Sebab track record ENRG yang sempat jatuh dikisaran 70-an dan puncak tertinggi sebelumnya sempat di 800-an, dan sekarang di 180-an merupakan potensi tersendiri untuk peluang kedepannya. Disamping saham ini cendrung tenang-tenang saja dari sentuh rumor dan kinerja usahanya juga cukup menjanjikan.
    Sedang DEWA seringkali terjadi rumor akan diakusisi oleh BUMI sehingga seringkali saham ini bergerak berdasarkan rumor dibandingkan kinerja-nya. Disamping itu DEWA disektor pertambangan batu bara tentunya banyak Pesaing yang terjadi.
   Tapi ini hanya prediksi semata bukan memastikan !
-----------------------------------------------------------------------------------
   Pertanyaan : Bagaimana BKDP-W, perlu CL-kah … ?
   Jawabannya : Saya Asumsikan dengan kejadian ASRI-W dengan tanggal tebus-nya 17-12-2009 dengan nilai tebus 110. Dan saat itu nilai saham induk di 108-109. Sehingga ASRI-W hanya 1 rupiah adanya. Kalau kita tebus maka harga ASRI  yang kita peroleh adalah Harga Tebus + Harga Warran tentunya saat itu harganya pasti lebih tinggi daripada harga pasar.  Saat itu bila kita tidak tebus maka kita akan rugi sejumlah dana untuk pembelian Warran itu.
    Seiring karakter pasar yang mengatakan harga tebus+harga warran mendekati saham induknya. Tentunya pada BKSL-W, kita bisa perkirakan berdasarkan Tanggal tebus dan Nilai Tebusnya kemudian dibandingkan nilai saham sekarang. Masih mampukah harga warran untuk naik.
   Keputusan CL bukanlah hal yang harus dihindari terutama bila ada saham lain yang lebih menjanjikan atau ada kebutuhan dana mendesak untuk keperluan harian kita. Langkah CL itu adalah hal sah-sah saja.
    Jadi tetap semua keputusan diambilkan berdasarkan kondisi diri pribadi kita sendiri yang ber-acuh-an pada fundamental dan teknikal saham tersebut  !
Catatan kecil :
    Saham property memang ideal-nya untuk Long Therm dan lebih sesuai untuk mereka yang bertype Investor. Perkembangan saham property cendrung lamban adanya, kalaupun bila terjadi fluktuasi maka dalam waktu tak terlalu lama akan distabilkan kembali.
    Untuk tahun ini, rumor “Windows Dressing” nampaknya tak mampu mengangkat harga pasar, sehingga dikuatirkan justru terjadinya penurunan ataupun keadaan Stagnan hingga pertengahan Januari atau awal Februari 2010.

Artikel yang berkaitan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar